Gw punya buku, judulnya “a cup of comfort for friends”. Bagus banget bukunya isinya tentang kisah-kisah indah untuk mengenang perhabatan yang istimewa yang pernah ada ini di bumi ini :)
Disini gw mau mengetik ulang beberapa kisah di buku itu untuk berbagi sama kalian tentang arti persahabatan.
Pujian Kepada Sahabat Sesaat
Aku selalu iri pada persahabatan wanita lain. Bukan karena aku tidak memiliki sahabat.aku memiliki sahabat-sahabat. Tpi aku tidak memiliki sahabat yang rela mengejar pesawat terakhir dan menembus hujan badai saat kutelpon jam empat pagi untuk menemuiku. aku tak memiliki sahabat yang kenangannya bertahan hingga bertahun-tahun. Aku tidak memiliki sahabat yang mengetahui semua rahasiaku.
Aku telah membaca banyak kisah persahabatan: persaudaraan YaYa dan persaudaraan musim panas Judy Blume. Aku melihat mereka di layar perak: Bette Midler dan Barbara Hersey di pantai, Thelma dan Louise berkendara di tepian jurang saling berpegangan tangan. Tapi semua itu hanya fiktif dan melodrama. Mereka bukan wanita sesungguhnya, wanita seperti aku yang harus pindah 8 kali dan pernah tinggal di enam negara bagian yang berbeda sejak SMA, berganti teman setiap kali pindah, yang tak memiliki sahabatsejati karena tak punya cukup waktu untuk saling mengenal, yang selalu memendam rahasia mereka sendirian.
Tapi dalam hati aku yakin persahabatan itu ada. Aku baru saja membaca kisah tentang lima wanita yang selalu makan malam bersama secara rutin satu kali setiap bulan dalam waktu dua puluh tujuh tahun. Saat membaca kisah itu aku benar-benar iri. Aku tak dapat membayanga betapa eratnya hubungan mereka dalam mengarungi kehidupan-pernikahan dan perceraian, kelahiran dan kematian, masa kanak-kanak dan remaja. Mereka telah berbagi rasa nyaman dan aman. Hal yang tidak pernah kudapatkan sebelumnya.
Tapi aku memiliki sesuatu yang lain, semacam persahabatan yang benar-benar ajaib. Persahabtan yang lahir secara tiba-tiba dari sebuah kemalangan, sebuah hubungan sesaat yang datang ketika membutuhkan dan menghilang setelah semuanya selesai. Saat itu terjai, hubungan ini menjai hal terpenting dalam hidup kita. Saat semua selesai, lubang yang ditinggalkan akan segera menutup.
Nancy adalah satu-satunya orang yang berpikir untuk kuubungi saat aku menerima kabar ada yang salah dalam hasil tes memmogramku. Aku tau ada banyak kemunggkinan, tapi aku pun tau hanya ada satu kepastian. Asil biopsi satu hari kemudian membuktikan kecurigaanku. Nancy bukan teman dekat, tapi hanya ia yang kuketahui pernah menderita kanker payudara.
“Terkutuk!!” serunya ditelpon. Reaksi yang kemudian kuhargai setelah 2 teman dekat yang kuberitahu tentang penyakitku malah menangis. Satu hal yang tidak ingin kita dapatkan setelah kita memberitakan kabar buruk tentang diri kita adalah rasa kasihan, yang kita butuhkan adalah menumpahkan amarah. Kita mempunyai cukup banyak kekuatan untuk marah.
Nancy datang malam itu juga dan duduk bersamaku di meja dapur selama beberapa jam. Aku tidak tahu bagaimana ia dapat meninggalkan 2 anaknya. Aku tidak tau bagaiman ia dapat membagi waktu antara kehidupannya dan menemaniku selama 2 minggu. Ku tak pernah bertanya, diapun tak pernah membebaniku dengan penjelasan-penjelasannya. Selama berminggu-minggu teman lain menelponku, menunjukkan perhatian. Tapi mereka tidak tahu harus melakukan apa. “Hubungi aku jika kau membutuhkan apapun.” Kata mereka sungguh-sungguh. Tentu saja aku sebenarnya yang tidak pernah sungguh-sungguh. Aku tidak tau apa yang benar-benar aku butuhkan. Tapi nancy mengetahuinya.
Nancy wanita yang murah hati dan tegas yang selalu mendengarkan dan menimbang dahulu semua perkataannya. Ia bukan orang yang mudah memberi pelukan, tapi ketika ia memelukmu, ia akan terus memelukmu. pada malam pertama bersamaku, ia duduk dan mendengarkan, menuangkan teh sementara aku mengeluh tentang kematian dan kepasrahan. Saat tiba waktunya untuk pulang ia menggenggam tanganku dan menatapku “aku masih disini” katanya, “dan kaupun masih akan disini.”
Pagi berikutnya ia singgah untuk meminjamkanku telepon seluler hingga aku tidak harus tinggal dirumah menunggu hasil dari laboratorium. Siang harinya ia mengantarkanku menemui dokter. Ia duduk bersamaku mendengarkan penjelasan dokter mengapa dokter tidak dapat melakukan lakpetomi dan harus mengangkat payudaraku. Ketika dokter meninggalkan ruangan, memberiku kesempatan untuk menangis, nancy duduk disisiku, bahunya menyentuh bahuku. “kau ingin melihat seperti apa hasil masektomi-pengangktan payudara?” tanya nacy. Aku mengangguk dan ia mengangkat kausnya, membuka kaitan branya dan menunjukannya padaku.
Sejak itu aku menelponnya beberapa ali dalam sehari. Kadang, akun memberi kabar terbaru “aku mendapat donor estrogen!” teriakku ditelpon umum. Itu kabar baik, tapi kaang aku tidak membawa kabar apapun. Aku hanya ingin mendengar suara tenang daan lembutnya.
Ia elalu menemaniku melewati segalanya, dan saat semuanya selesai, dalam rangka merayakan “hasil pemeriksaanku yang baik”, ia membwakan kue-kue yang manis dan lembut dari toko.
Lalu secepat ia datang ke dalam kehidupanku, secepat itu ia pergi. Ia diberi tugas mengurus kegiatan kempig di sekolah anak perempuannya selam 2 minggu. Ia harus pergi. Saat ia kembali, aku telah menembus badai seorang diri. Operasiku dan juga pukulan terhebt dalam hidupku telat berakhir. Aku tidak terlalu membutuhkan teman. Aku sendiri lagi. Nancy pun merasakannya dan kembali ke kehidupannya, anak-anaknya, suaminya, pekerjaanya, dan teman-temannya.
Aku melihat nancy beberapa kali setelah itu, dan selam beberapa minggu setidaknya kami berbicara di telepon satu kali :hanya menanyakan kabarmu” kataya. Setelah itu kami seakin jarang bertelpon dan akhirnya berhenti. Ia kembali seperti dulu, orang yang sesekali kulihat di kota.
Sulitnya persahabatan sesaat adalah kau tidak memiliki kesemptan membalas budi. Aku ingat lima wanita yang selalu makan malam bersama setiap bulan selama hampir tiga dekade. Betapa banyak keepatan mereka untuk membalas kebaikan teman-temannya, bertukar tempat, saling membutuhkan dan dibutuhkan, selama bertahun-tahun. Ku dan Nancy tidak memiliki kenangan lama ataupun masa depan bersama.
Pernah suatu ketika, dalam hubungan persahabatan kami selama dua minggu, saat aku tak memliki harapan akan dapat membalas kebaikannya, saat itulah ia menceritakan tentang Janet. Janet datang entah dari mana dan menjadi temannya selama tiga minggu terburuk dalam kehidupannya. “kau adalah caraku membalas kebaikan Janet” katanya kepadaku.
Jadi begitulah intinya persahabatan sesaat. Terus berulang, berirama, datang saat kita merasa dibutuhkan. Kmi para sahabta sesaat tak pernah terlibat terlalu dalam. Hubungan kami memang mesra, terlalu mesra unutk berjalan sampai akhir. Tapi juga terlalu pantig untuk dilewatkan. Aku tahu bagaimana harus berterima kasih pada Nancy.
--Lauren Kessler
Yap ini baru satu bagian dari banyaaakkk bgt kisah persahabatan di buku itu. Insya Allah next time gw posting lg yaa . semoga berkesan ;)
0 comments:
Posting Komentar